Sabtu, 10 Agustus 2013

IDUL FITRI: EVALUASI KETAQWAAN DAN PENGEJEWANTAHAN KEIMANAN

Allah Akbar .. Allah Akbar .. Allah Akbar .. Walillahilhamd ..
Hadirin-Hadirat, Ma’asyiral muslimin wal muslimat Jamaah Shalat ‘Id yang berbahagia
Mengawali khutbah di mimbar yang mulia ini, khatib mengajak kepada kita semua, marilah kita tingkatkan keimanan dan ketaqwaan kita kepada Allah SWT dan menjalani sunnah RAsulullah SAW, karena dengan keimanan dan ketaqwaan itulah Insya Allah kita semua akan akan meraih kemenangan hakiki kita.

Allah Akbar .. Allah Akbar .. Allah Akbar .. Walillahilhamd .. 
Berakhirlah sudah Ramadhan yang mulia, masa konstruksi dan penempaan jiwa kita. Sebulan penuh kita kembali kepada siklus spiritual kita, untuk kemudian berjuang, dengan energi jiwa yang terbarukan, membangun iman, memakmurkan taqwa dan menciptakan kehidupan yang lebih baik dari sebelumnya. Kita berharap semua ibadah yang kita lakukan, mulai dari puasa, taraweh, tahajjud, tilawah, i'tikaf, membayar zakat, infaq, dan shadaqah diterima di sisi Allah swt. Semoga Allah berkenan memberikan kita semua berkah Ramadhan, dari pengampunan, rahmat hingga pembebasan dari neraka. Dan Allah SWT mempertemukan kita kembali dengan Ramadhan di tahun-tahun berikutnya. Amin Ya Robbal 'Alamin.

Allah Akbar .. Allah Akbar .. Allah Akbar .. Walillahilhamd ..
Hari ini, lebih dari 1,5 milyar penghuni bumi bersujud mengakui Ke Maha Besaran Allah Azza wajalla, mengumandangkan takbir, tahlil, tasbih, dan tahmid sebagai ungkapan Memahabesarkan Dia, Tuhan Yang Maha Pencipta, Meng-Esakan Dia, Tuhan Yang Maha Satu-satunya, Mensucikan Dia, Tuhan Yang Maha Kuddus, dan Menghaturkan pujian kepada Dia, Tuhan Yang Maha Pemberi nikmat kepada seluruh hamba-Nya.

Hari ini kita ber-Idul Fitri, hari ini kita merayakan kemenangan sejati kita, dan hari ini kita mengevaluasi iman dan ketaqwaan kita. Idul Fitri harus kita rayakan, Idul Fitri harus kita agungkan, Idul Fitri harus kita sikapi sebagai pengejawantahan sikap untuk mengoreksi sejauh mana ruh ketaqwaan yang telah kita perjuangkan selama satu bulan penuh di bulan Ramadhan.

Hakikat dari Idul Fitri yang sesungguhnya adalah memenangkan mereka yang benar-benar bertaqwa kepada Allah SWT.
“Sesungguhnya, orang-orang yang bertaqwa pasti mendapat kemenangan”
(QS. An Naba’ ayat 31)

Allah Akbar .. Allah Akbar .. Allah Akbar .. Walillahilhamd ..
Hadirin, Hadirat, Jamaah Shalat ‘Id yang berbahagia
Tersadar atau tidak, sesungguhnya Allah SWT menakdirkan kita menjadi pemenang sejati dalam setiap pertarungan. Tersadar atau tidak, sesungguhnya Allah SWT tidak menginginkan kita semua menjadi pecundang, dan kalah sebelum berjuang. Dan Allah SWT tidak pernah menginginkan kita untuk bersedih meratapi takdir yang telah Dia tentukan. Semuanya akan kita dapatkan sebagai suatu keuntungan, sebagai sebuah kemenangan, jika kita semua benar-benar memahami bahwa hakikat ketaqwaan kepada-Nya adalah kunci untuk meraih segala-galanya.

Ramadhan telah menggembleng kita dengan tujuan menjadikan kita semua menjadi pemenang sejati dalam bingkai keimanan. Ramadhan telah mendidik kita dengan tujuan menjadikan jati diri kita menjadi mulia dengan ketaqwaan. Karena Allah SWT hanya merindukan hamba-hamba-Nya yang selalu mengingat dan bertaqwa kepada-Nya. Allah SWT juga tidak pernah membedakan hambanya dengan kekayaan dan kemiskinan, tidak pernah membedakan hamba-Nya dengan pangkat dan kedudukan, melainkan Allah SWT membedakan hamba-hamba-Nya berdasarkan tingkat ketaqwaannya.

Oleh karena itu Hadirin-hadirat yang berbahagia, jika kita meyakini hari ini kita sudah benar-benar bertaqwa, maka ruh Ramadhan jangan sampai segera kita abaikan dan kita lupakan. Jika hari ini kita benar-benar meyakini bahwa kemenangan dalam iman kepada Allah telah sama-sama kita gapai, maka kebaikan-kebaikan yang telah kita persembahkan kepada Allah di bulan Ramadhan kemarin jangan sampai kita telantarkan. Sesungguhnya, hanya hati kecil kitalah yang dapat membedakan kita bertaqwa kepada Allah ataupun tidak. Hanya nurani bathin kitalah yang tahu kita telah benar-benar meraih Fitrah kita di hari ini atau tidak. Jika hati kecil dan nurani bathin kita belum yakin untuk mengakui ketaqwaan dan fitrah kita, maka marilah kita introspeksi diri seraya bertaubat memohon ampunan kepada Allah, Tuhan Yang Maha Pengampun.

Allah Akbar .. Allah Akbar .. Allah Akbar .. Walillahilhamd ..
Hadirin, Hadirat, Jamaah Shalat ‘Id yang berbahagia
Allah SWT Yang Maha Berkarya, Yang Maha Hidup dan Yang Maha Kuasa selalu mengawasi gerak-gerik kita. Dia selalu memperhatikan kita sampai-sampai Dia tidak pernah terlelap untuk mengawasi kita, hamba-Nya. Allah SWT amat sangat mencintai kita, oleh karena itu persembahkanlah cinta setulus jiwa kepada-Nya. Allah SWT amat sangat merindukan kita, oleh karenanya persembahkanlah hari-hari kita dengan amaliyah taqwa kepada-Nya. Allah SWT amat sangat dekat dengan kita, hamba-Nya. Oleh karena itu, amat sangat rugi jika kita menjauh dari kasih sayang-Nya.

Dalam hadits qudsi, Allah SWT berfirman sembari mengetuk ruang bathin kita:
Anaa, inda dzonni ‘abdi biy
(Aku berdasarkan prasangka hamba-Ku, Kepada-Ku)
Wa anaa ma’ahu idzaa dzakaroni
 (Aku bersama hamba-Ku, jika mereka ingat kepada-Ku, berdzikir kepada-Ku)

Jika kita memprasangkakan, merasakan Allah ada di tengah-tengah kita saat ini, seraya kita mengingat dan berdzikir kepada-Nya, pasti di tengah-tengah kita saat ini Dia tengah menyaksikan kita, Dia hadir menemani pesta kemenangan fitri kita. Dan Dia pasti merindukan kita.

Oleh karena itu hadirin wa hadirat Rahimakumullah, marilah kita hadirkan Allah SWT di setiap helaan nafas, dalam gerak-gerik kita, dalam ibadah dan amaliyah kita, dalam do’a dan munajat kita, dalam cinta dan harmoni kehidupan kita. Yakinlah, jika kita mampu menghadirkan Allah dalam relung kalbu kita, pasti setiap masalah, setiap ujian dan musibah yang kita alami selalu ada solusi nyata untuk sama-sama kita raih kemenangan dari setiap ketentuan yang telah Dia takdirkan untuk kita.

Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar, niscaya Allah memperbaiki bagimu amalan-amalanmu dan mengampuni bagimu dosa-dosamu. Dan barangsiapa menta'ati Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan yang besar. (QS. Al Ahzab ayat 70 dan 71)

Itulah hakikat Idul Fitri yang sesungguhnya, mampu menjadikan kita sebagai insan muttaqin. Insan yang kembali terlahir baru untuk sebuah tujuan Fitrah atau asal kejadiannya dulu, yaitu mengimani Allah SWT dan Sunnah Rasul-Nya Muhammad SAW.
Sebagai akhir dari khutbah ini, sebuah kisah menarik untuk sama-sama kita petik pelajaran darinya yaitu, pada saat terjadinya Perang Yarmukh, salah satu peperangan yang dimenangkan oleh kaum muslimin dari 11 peperangan yang terjadi pada buan Ramadhan.

Dikisahkan pada masa peperangan tersebut, seorang tawanan Romawi berhasil meloloskan diri dari tawanan kaum muslimin pada saat itu. Setelah sampai di kerajaannya sang tawanan ditanya oleh raja Heracleus yang berkuasa pada saat itu. “ceritakan kepadaku tentang kehidupan kaum muslimin sehingga mereka mampu mengalahkan pasukan kita yang jumlahnya jauh lebih banyak daripada mereka?” kemudian sang tawanan menceritakan beberapa hal penting yang dilakukan oleh pasukan kaum muslimin. “yang pertama yang mereka lakukan adalah selalu beribadah di malam hari, di siang harinya merekapun sangat tangguh meskipun mereka tidak makan, dan setiap mereka bertemu dengan sesamanya, mereka saling berucap salam.” Sementara kita, lanjut sang tawanan tadi, malam hari kita habiskan dengan bersenang-senang dan bermabuk-mabukan, di siang hari kita bertempur dalam keadaan membabi buta, dan tidak adanya persatuan di antara kita meskipun jumlah pasukan kita lebih banyak dari mereka.

Dari kisah di atas, dapat kita petik pelajaran yang sangat erat kaitannya dengan amaliyah dalam mencapai kesempurnaan kemenangan kita setelah Ramadhan, yang pertama adalah selalu salat malam seperti yang kita lakukan pada bulan Ramadhan, menyempatkan diri berpuasa sunnah, dan saling menjaga persatuan, saling mendoakan, dan saling bahu membahu dengan sesama kita. Hilangkan permusuhan, karena permusuhan dapat menghancurkan keimanan, pertikaian dan kebencian dapat membuka jalan syetan dalam merusak keIslaman kita. Marilah kita saling maaf memaafkan sebagai wujud pengejewantahan untuk meniru sifat Allah SWT, yaitu Yang Maha Pengampun dan Memberi maaf.

Akhirnya, mudah-mudahan khutbah ini menjadi pelajaran berharga bagi kita semua dalam menjalani aktifitas seusai Ramadhan, dan marilah kita berdoa semoga Allah SWT mengampuni dosa-dosa kita, menerima amal ibadah kita, dan menggolongkan kita menjadi hamba-Nya yang bertaqwa. Amin ya Rabbal’alamin!

Allah Akbar .. Allah Akbar .. Allah Akbar .. Walillahilhamd ..

Ya Allah, tolonglah kami, sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik pemberi pertolongan. Menangkanlah kami, sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik pemberi kemenangan. Ampunilah kami, sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik pemberi ampun. Rahmatilah kami, sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik pemberi rahmat. Berilah kami rizki sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik pemberi rizki. Tunjukilah kami dan lindungilah kami dari kaum yang dzalim dan kafir.
Ya Allah, perbaikilah agama kami untuk kami, karena ia merupakan benteng bagi urusan kami. Perbaiki dunia kami untuk kami yang ia menjadi tempat hidup kami. Perbikilah akhirat kami yang menjadi tempat kembali kami. Jadikanlah kehidupan ini sebagai tambahan bagi kami dalam setiap kebaikan dan jadikan kematian kami sebagai kebebasan bagi kami dari segala kejahatan.

Do'a Pada Khutbah Kedua
Ya Allah, anugerahkan kepada kami rasa takut kepada-Mu yang membatasi antara kami dengan perbuatan maksiat kepadamu dan berikan ketaatan kepada-Mu yang mengantarkan kami ke surga-Mu dan anugerahkan pula keyakinan yang akan menyebabkan ringan bagi kami segala musibah di dunia ini. Ya Allah, anugerahkan kepada kami kenikmatan melalui pendengaran, penglihatan dan kekuatan selama kami masih hidup dan jadikanlah ia warisan bagi kami. Dan jangan Engkau jadikan musibah atas kami dalam urusan agama kami dan janganlah Engkau jadikan dunia ini cita-cita kami terbesar dan puncak dari ilmu kami.
Ya Allah, ampunilah dosa-dosa kami, dosa ibu bapak kami, dosa istri dan anak kami, dosa orang-orang yang telah berjasa dalam hidup kami.
Terimalah amal ibdah puasa kami, terimalah shalat kami, terimalah tilawah kami, terimalah zakat kami, shadaqah kami, dan jadikanlah kami menjadi hamba-hamba-Mu yang selalu mencintai-Mu dan mencintai Rasul-Mu.
Ya Allah, pertemukanlah kami dengan Ramadhan-Mu di tahun-tahun yang akan datang bersama orang – orang yang kami cintai, bersama keluarga kami, dengan kekuatan iman yang lebih sempurna dari tahun ini.
Rabbana atina fiddunya hasanah… wafil aakhirati hasanah … waqinaa ‘adzaabannar. Walhamdulillahirabbil’alamin!

Oleh : Usman Jayadi
(Disampaikan pada Khutbah Idul Fitri 1434 H di Masjid Al A’la Ex Bandara Selaparang-Mataram)

Selasa, 06 Agustus 2013

Untuk Dua Hari Raya


Shalat dua hari raya ('Idul Fitri dan' Idul Adha) itu disyaria'atkan pada tahun pertama dari Hijrah Rasulullah SAW. Hukumnya adalah sunat mu'akkad, yang oleh Nabi SAW selalu dikerjakan, dan disuruhnya semua lelaki dan perempuan agar mengunjunginya.

Tentang shalat Hari Raya ini ada beberapa pembicaraan, kita ringkaskan sebagai berikut:

I). SUNAT MANDI, memakai wewangian dan mengenakan pakaian yang TERBAIK.

Dari Ja'far bin Muhammad, dari ayahnya berikutnya dari kakeknya: " Bahwa Nabi SAW memakai baju buatan Yaman yang indah pada tiap hari raya . "

Dan dari Hasan as Shibti, katanya: " Rasulullah SAW memerintahkan kami agar pada hari raya itu mengenakan pakaian yang terbagus, memakai wewangian yang terbaik dan berkurban dengan hewan yang paling berharga . "

Mengatakan Ibnu Qaiyim: " Pada kedua hari raya itu, Rasulullah SAW biasa mengenakan pakaian yang terbaik, dan ada sepasang pakaian beliau yang khusus digunakannya pada shalat hari raya dan shalat Jum'at . "

II). MAKAN DULU SEBELUM SHALAT IDHUL FITRI, SEBALIKNYA PADA IDHUL ADHA.

Disunatkan memakan beberapa biji kurma dengan jumlah ganjil sebelum pergi mengerjakan shalat 'Idhul Fitri, dan menunda makan itu pada hari raya' Idhul Adha sampai kembali pulang, kemudian baru memakan daging kurban kalau sedang berkurban.

Dari Anas, katanya: " Pada waktu 'Idhul Fitri Rasulullah SAW tidak berangkat ketempat shalat sebelum memakan beberapa buah kurma dengan jumlah yang ganjil . "

Dan dari Buraidah, katanya: " Nabi SAW tidak berangkat pada waktu 'Idhul Fitri sebelum makan dulu, dan tidak makan pada waktu' Idhul Adha sebelum pulang. "

Dan dalam Al-Muwaththa tersebut dari riwayat Sa'id bin Musaiyab: " Bahwa orang diperintahkan makan dulu sebelum pergi shalat 'Idhul Fitri . "
Berkata Ibnu Qudamah: " Dalam soal sunatnya mendahulukan makan pada hari 'Idhul Fitri sebelum pergi ketempat shalat itu, tidak kami ketahui adanya pertikaian . "

III). PERGI KE TEMPAT SHALAT.

Shalat hari raya itu bisa dilakukan di masjid, tapi melakukannya dimushola, yakni lapangan diluar masjid lebih utama (kecuali di Kota Mekkah, maka mengerjakannya di Masjidilharam lebih utama dari tempat mana pun).

Dari Abu Hurairah ra: " Bahwa pada suatu hari raya, turun hujan, maka Nabi SAW pun bershalat dengan sahabat-sahabatnya di masjid . "

IV). Ikut sertanya WANITA DAN ANAK-ANAK.

Disyari'atkan pada kedua hari raya itu keluarnya anak-anak serta kaum wanita, termasuk gadis atau janda, yang masih remaja atau yang sudah tua, bahkan juga wanita-wanita yang sedang haid, berdasarkan hadits Ummu 'Athiyyah: 
Kami diperintahkan untuk mengeluarkan semua gadis dan wanita yang haid pada hari raya, agar mereka dapat menyaksikan kebaikan hari itu, juga doa dari orang Muslimin. Hanya saja sehingga wanita-wanita yang haid menjauhi tempat shalat . "

Dari Ibnu Abbas, katanya: " Bahwa Rasulullah SAW keluar dengan seluruh isteri dan anak-anak perempuannya pada waktu dua hari raya . "

Juga dari Ibnu Abbas, katanya: " Saya ikut pergi bersama Rasulullah SAW (saat itu Abbas masih kecil), menghadiri hari raya 'Idhu Fitri dan' Idhul Adha, kemudian beliau bershalat dan berkhotbah, dan setelah itu mengunjungi tempat kaum wanita, lalu mengajar dan menasehati mereka dan menyuruh mereka agar mengeluarkan sedekah . "

V). MENEMPUH JALAN YANG BERBEDA .

Sebagian besar ahli berpendapat bahwa pada shalat 'Id disunatkan menempuh jalan yang berbeda ketika pergi dan pulang, baik sebagai imam dan makmum.

Dari Jabir ra: " Bahwa Rasulullah SAW pada waktu hari raya, menempuh jalan yang berbeda . "

Dan dari Abu Hurairah ra, katanya: " Ketika Nabi SAW shalat pada hari raya, maka ketika pulang dia menempuh jalan yang berbeda dengan waktu perginya . "

Tapi tidak mengapa kalau menempuh jalan yang sama, berdasarkan hadits riwayat Abu Daud dan Hakim, juga Bukhari dalam At-Tarikh, yakni Bakar bin Mubasysyir, katanya: " Saya berangkat pagi-pagi ketempat shalat hari raya Fitri dan Adha bersama para sahabat, dan kami menempuh jalan melalui lembah Bath-han. Sesampai ditempat shalat, kami pun bershalat dengan Rasulullah SAW, lalu kembali pulang dengan melalui jalan di lembah Bath-han tadi. " 


VI). WAKTU SHALAT 'IDHUL FITRI.


Waktunya adalah mulai terbit matahari setinggi sekitar 3 (tiga) meter dan berakhir apabial telah tergelincir, berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh Akmad bin Hasan al Banna 'yang diterima dari Jundub, katanya: " Rasulullah SAW bershalat 'Idhul Fitri bersama kami, sedang matahari tingginya sekitar 2 (dua) penggalah, dan bershalat 'Idhu Adha sedang tingginya sekitar sep . " 


Berkata Ibnu Qudamah: " Disunatkan menyegerakan shalat Adha agar terbuka kesempatan yang luas buat berkurban, sebaliknya disunatkan mengundurkan shalat Fitri agar terbuka pula kesempatan luas buat mengeluarkan zakat fitrah. Dan dalam hal ini tidak mengetahui adanya sengketa . " 


VII). ADZAN DAN qamat WAKTU SHALAT DUA HARI RAYA.


Berkata Ibnu Qaiyim: " Ketika Rasulullah SAW telah sampai di mushola, beliau memulai shalat tanpa adzan dan qamat, serta tidak mengucapkan 'Ash shalata jami'ah' Jadi menurut Sunnah, tidaklah dilakukan suatu apa pun dari hal-hal tersebut diatas . " 


Dari Ibnu Abbas dan Jabir, kata mereka: " Pada hari raya 'Idhu Fitri dan' Idhu Adha, tidaklah diserukan adzan . " 


Dan Muslim meriwayatkan dari 'Atha, katanya: " Saya diberi tahu oleh Jabir, bahwa pada shalat 'Idhu Fitri itu tidak diserukan adzan, baik sebelum maupun sesudah imam keluar, tidak pula qamat, panggilan atau apa pun. Tegasnya pada hari itu tidak ada panggilan apa apa atau qamat . " 


Kemudian dari Sa'ad bin Abi Waqqash: " Bahwa Nabi SAW mengerjakan shalat hari raya tanpa adzan dan qamat, dan waktu berkhotbah ia berdiri, dan kedua khotbahnya itu dia pisahkan dengan duduk sebentar . " 


VIII). TAKBIR PADA SHALAT DUA HARI RAYA.


Shalat hari raya itu dua raka'at. Pada raka'at pertama setelah takbiratul ihram dan sebelum membaca Al-Fatihah, disunnahkan membaca takbir sebanyak 7 (tujuh) kali, dan pada raka'at kedua, 5 (lima) kali dengan mengangkat kedua tangan setiap kali takbir. 


Diterima dari 'Amar bin Syu'aib, dari ayahnya selanjutnya dari kakeknya: " Bahwa Nabi SAW bertakbir 12 (dua belas) kali, 7 (tujuh) kali pada raka'at pertama dan 5 (lima) kali pada raka'at kedua. Dia tidak mengerjakan shalat sunat apa pun, baik sebelum atau sesudah shalat hari raya itu . " 


Dan menurut riwayat Abu Daud dan Daruquthni tersebut: " Bahwa Nabi SAW bersabda: 'Membaca takbir pada shalat Fitri itu adalah tujuh kali pada rakaat pertama dan lima kali pada raka'at kedua , dan bacaan dilakukan setelah itu . " 


IX). SHALAT SEBELUM ATAU SESUDAH SHALAT HARI RAYA.


Tidak ada suatu keterangan pun menyatakan adanya shalat sunat sebelum atau sesudah shalat hari raya. Nabi SAW dan sahabat-sahabatnya tidak melakukan shalat apa pun bila datang ke mushola, baik sebelum atau sesudah shalat 'Id. " 


Dari Ibnu Abbas, katanya: " Pada hari raya Nabi SAW pergi ke mushola, lalu mengerjakan dua raka'at 'Id, dan tdak bershalat sebelum atau sesudahnya . " 


(Disarikan dari Kitab Fiqhus Sunnah, karangan Sayyid Sabiq Muhammad At-Tihami). Insya Allah bemanfaat.

Zakat Anda Sudah Kami Salurkan...

Alhamdulillah, pada hari Selasa tanggal 6 Agustus kemarin, Zakat yang terkumpul di Panitia Penerimaan dan Penyaluran Zakat, Infaq, dan Shadaqoh Masjid "Baiturrahim" Lingkungan Pejarakan yang jumahnya 200 paket lebih telah tersalurkan sesuai data yang berhak menerima. Semoga di tahun-tahun yang akan datang, kegiatan ini berjalan lebih baik lagi. Amin!

Sukses untuk Panitia...